Nur Muhammad

   
Nur Muhammad

Nur Muhammad


 

3 April 2024 (malam)


Sunggguh Nabi Khidr AS mendatangiku setelah waktu sholat tarawih, dan membawa selembar kertas putih dan berkata: 


"Wahai Ahmad, bacalah dan tuliskanlah… Agar tidak salah diri mu dalam menuliskannya. Bahwa Kakek mu Rasulullah Muhammad yang Mulia senantiasa memperhatikan diri mu. 


Didalam kertas itu ada penjelasan tentang Nur Nuhammmad yang Beliau Kakek mu sendiri yang menjelaskannya kepadaku, lihat dan dengarkan lah dengan sebaik-baiknya. 


"Wahai Ahmad Putra AlwieSyams, Aku Muhammad Bin Abdullah Kakek mu, bersungguh-sungguh lah dalam taqwa dan menjalankan kesabaran, dan janganlah diri mu bagaikan peti kayu yang indah yang berisi kitab-kitab yang di kunci dengan rapat oleh pemiliknya. 


Dan jangan pula dirimu lebih rendah dari seekor burung Baghaiyir Ramadhu yang mati di bunuh Fir'aun karena memuji Allah dan mengakui Musa Sebagai Nabi, dan jangan pula diri mu seperti burung yang di sukai Firaun yakni burung yang kecil dan berbulu putih namun gemar memakan bangkai hingga kelak burung itu menjadi saksi kedustaan dan kesombongan Fir'aun dan kekufurannya,  dan sebagai penyiksa orang-orang yang menyembunyikan ilmunya dan hanya di gunakan untuk memfitnah dan namimah, juga bagi orang -orang yang merendahkan saudaranya. 


Wahai Ahmad, tulislah ini, bahwa ketika Allah menciptakan Nur Muhammad, telah Allah tetapkan Nur itu sebagai Rahmatan lil Alamiin, dan Nur yang bercahaya lebih besar (Ruh Muhammad) dari barisan Cahaya-cahaya yang lain, yakni ruh-ruh para malaikat dan jin, dan ruh-ruh para Nabi dan Rasul dan manusia seluruhnya (dari awal hingga akhir) dan Nur ku (Muhammad) menjawab semua pertanyaan Allah atas kehendak Nya, hingga mereka (ruh-ruh yang berbaris) itu menjawab "Benarlah diri mu wahai cahaya diatas cahaya" Lalu Allah berfirman "Wahairuh-ruh yang Ku ciptakan, Aku-lah Allah Tuhan kalian, Aku-lah yang tidak terjangkau oleh pendengaran dan penglihatan serta alam fikiran kalian dan seluruh makhluq ciptaan Ku, dan sembah dan tunduklah kepada segala perintah Ku dan Jauhi segala yang Aku melarangnya, sungguh dibalik larangan Ku terdapat kebaikan untuk diri kalian dari awal hingga akhir. 


Lalu Aku (Muhammad) menjadi pemimpin cahaya-cahaya yang lain nya bersujud kepada Allah dan Allah mengajarkan kepada kami kalimat "Lailahaa Illallahu wahdahu laasyarikalahu, lahulmulku walahul-hamdu, wahuwa alaakulli syaiinqodiir”... Dan dengan kalimat ini kami semua tunduk kepada Nya (Allah AzzaWaJalla). 


Lalu Allah menetapkan qadha dan qodar Nya atas kami, lalu Allah mengikatkan kami dengan janji yang besar (Mutsaqon Gholizha) lalu Allah menempatkan kami pada sisi Nya. Hingga takdir kami semua dalam segala perintah Nya yang tertulis dalam kitab Nya, yang terhampar luas diatas arasy Nya. 


Wahai Ahmad cucuku, tidaklah ada jalan mengenal Nya kecuali melalui ilmu Nya, tidak ada jalan masuknya ilmu ke dada manusia kecuali melalui cahayaku (Muhammad) dan Nabi Adam a.s telah di berikan segala ilmu dengan cahayaku, dan diampuni kesalahanya atas sebab cintanya kepada Allah dengan menyebut namaku (Muhammad) pada tiang-tiang arasy. 


Wahai Ahmad cucuku dari Hasan yang kucintai, sungguh Abu Muhammad (Syeikh Abdul Qadir Jilani) pun berdarah Hasan, hingga ia mampu menuju pada cahaya takdir nya atas dasar kesabaran dan ketabahannya dalam menjalankan kewajibannya dan dalam menghadapi ujian-ujian Allah kepadanya, dan Allah mengizinkan Aku (Muhammad) mengajarkannya dalam mimpi-mimpi nya hingga ia mencapai kesempurnaan syariat dan Nur dalam qolbunya. 


Wahai Ahmad, Aku Muhammad Rasulullah adalah Nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan Cahaya (Nur) petunjuk dan keselamatan (Al-Qur'an) dan segala yang kusampaikan dahulu adalah dari Nya (Allah) dan segala kebaikan yang disampaikan oleh sahabat-sahabatku dan para pengikutku Tabi'ien, Tabi'ien tabi'ien dan para pewarisku yang ahli (Alim 'ulama) adalah dariku (Muhammad), yakni bagi mereka yang mengikuti jalanku, yang tidak berlaku kasar dan sombong, yang tidak serakah dan penuh hatinya dengan zuhud dan kasih sayang. 


Wahai Ahmad cucu Ku, aku Muhammad mengajarkan mu tentang hal ini, yang aku tuliskan dan aku titipkan kepada Khidr a.s saudaraku, agar sampai kepada mu, semata mata hanyalah agar mereka (Alim 'ulama) tidak menyesatkan dan menjadikan Aku Muhammad bin Abdullah Rasulullah lebih tinggi atau sederajat dengan Allah Azza Wajalla, dalam jisim dan Nur ku,  dan agar tidak rusak iman ummatku dengan dosa gholuw kepadaku dan kepada anak keturunanku, dan agar tidak pula mereka merendahkan ku dengan kebodohan-kebodohan mereka. Yakni dengan berbeda pandangan satu dengan lainnya (para Ulama) dalam menjelaskan Nur dan Jisim Ku, lalu mereka saling menyesatkan dan saling merendahkan, hingga rusaklah cahaya Muhammad pada hati dan wajah mereka (Wajahpara Ulama), dan menimbulkan perpecahan dan perdebatan tentang diriku…


Sungguh Aku Muhammad bin Abdullah Rasulullah telah menyaksikan kebodohan-kebodohan ummatku dalam menjabarkan Nur Allah dan Nur Muhammad, hendaklah mereka bertaubat dan hendaklah mereka memperbaiki diri. Sungguh Aku Muhammad bin Abdullah Rasulullah bersedih atas peristiwa akhir zaman ini. 


Wahai Ahmad cucu Ku… Tuliskan lah apa yang aku sampaikan kepada Khidr a.s saudaraku ini, dan janganlah ragu dan takut akan mereka yang menghina dan mendebat mu… Katakanlah wahai Ahmad, Aku Ahmad cucu Muhammad Rasulullah hanya menyampaikan apa yang aku dengar dan baca dari kakekku Muhammad Rasulullah… Dan aku berlepas diri dari segala hinaan dan dari segala perdebatan kalian kepadaku, sungguh teramat nistanya kalian yang menuliskan dan dari lisan kalian menyatakan kebaikan-kebaikan namun disisi lainnya kalian menghina dan mencaci serta meremehkan orang-orang yang tidak sama sekali kalian kenal dan memahaminya,"


Wahai Ahmad cucuku, tuliskanlah, dan Aku Muhammad Rasulullah senantiasa memperhatikan mu dan memperhatikan mereka. 


Wahai Ahmad, tuliskanlah ini juga:

“Wahai Ummatku, Aku Muhammad Rasulullah, dengarkanlah... Siapakah yang akan memberikan syafaat kepada anak keturunanku yang taat dan juga kepada kalian?”


“Apakah kalian kira syurga Allah ciptakan kepada keledai-keledai yang membawa kitab-kitab, ataukah syurga Allah ciptakan untuk ular yang perut-perut mereka berisikan harta-harta yang haram dan berbisa pada mulut-mulutnya…? Ataukah kalian mengira syurga diciptakan untuk mereka yang tuli dari pada tangisan fakir miskin, yatim piatu dan orang-orang yang cacat dan orang-orang tua yang lemah? 


“Sungguh Aku Muhammad Rasulullah mengharamkan syafaatku kepada ummatku yang berlisan kotor dan kasar pada sikap dan perbuatan mereka, dan kepada mereka yang tuli akan peringatan-peringatan yang Allah turunkan kepada mereka, dan kepada mereka yang buta dan tuli lagi keras hatinya, dan kepada mereka yang berdusta atas nama Ku Muhammad Rasulullah.”


“Pesan ini dariku Muhammad bin Abdullah Rasulullah.”


Lalu Nabi Khidr AS menggulung kertas itu, dan berkata: 


Wahai Ahmad, aku menyimpan semua surat-surat Nabi Mulia Muhammad yang Beliau ajarkan kepadaku dan beliau tuliskan kepadaku untuk kusampaikan kepada mu di akhir zaman, janganlah dirimu menjadi khawatir dan takut, sungguh meraka yang mencela dan menghina mu kelakakan Allah minta pertanggung jawabanya di akhirat. Dan jika diri mu bersabar dan itiqomah dalam taqwa dan tetap pada perintah Allah... Sungguh diri mu lah orang-orang yang beruntung. Dan merekalah yang merugi dengan segala ibadah dan kebaikan yang akan mereka berikan kepada mu kelak di yaumil hisab.


-Ahmad F. Bin Abdullah AlwieSyams-



Tambahan:-

Nabi Khidr a.s mengatakan kepada saya: 


Burung Baghayiru Ramadhhu adalah burung beo yang pandai bicara, suatu ketika fir'aun mengajarkan burung itu berbicara "Tuan ku adalah Tuhan" Namun burung itu cuma menyebutkan "Allah, Allah, Allah", langsung burung itu di bunuh oleh Merepteh Menhotep (Fir'aun), lalu Fir'aun diberi hadiah seekor burung lagi jenis pemakan bangkai, burung itu berbulu putih dan bersih dan jinak dan patuh kepada Fir'aun, yang diabadikan dalam setiap ukiran di dinding istana Fir'aun. 


Maknanya: Jangan kalah dengan seekor burung beo yang di bunuh oleh Fir'aun, sedangkan kita adalah manusia yang berakal,  burung yang tak berakal saja tunduk kepada Allah bukan kepada Fir'aun, dan janganlah nampak indah pada pakaian bagaikan burung pemakan bangkai milik Fir'aun tapi gemar memakan bangkai saudaranya (Ghibah dan Fitnah).


Diperbarui
Tambahkan Komentar

Translate

Pengunjung