Khamis, 19 Juni 2025
12 Warna Tanah dan Daun dari Pohon Gunung Qof
Beliau mendatangiku dan berkata,
"Wahai Ahmad, janganlah dirimu menyiksa diri dengan berterusan berdiri dan memperhatikan para pekerja di kantormu. Duduklah dan dengarkan khabar yang aku bawa, dan tulislah. Janganlah engkau menguranginya karena khawatir dan takut."
"Wahai Ahmad, setiap ada kesulitan pasti datang kemudahan dari Allah bagi orang-orang yang sabar lagi bertaqwa, yang mengabdi dan menyembah Allah tanpa ada perantara dan keraguan di hatinya. Sungguh pertolongan Allah sangatlah dekat bagi orang-orang yang sabar lagi berfikir."
"Wahai Ahmad, sungguh katakanlah bagi mereka yang membaca khabar-khabar yang dirimu diperintahkan untuk menuliskan. Apakah mereka lebih suka membaca lalu berpaling sebagaimana Bani Israil yang memilih-memilih khabar dari para Nabi. Jika perintah, nasihat dan khabar menguntungkan bagi mereka dan dapat melihat apa yang dikhabarkan, sungguh mereka diam dan hanya sebatas mengikuti saja. Namun, ketika khabar dan perintah memberatkan mereka, mereka mengatakan para Nabi pendusta dan atas kehendak sang Nabi dan orang-orang yang bersama sang Nabi. Sungguh telah nyata ikan Nun itu di hadapanmu. Apakah mereka hendak menyegerakan kiamat tiba jika mereka dapat menyaksikannya pula? Sungguh mereka adalah kaum yang menyerupai Bani Israil di zaman saudaraku Musa."
"Wahai Ahmad, sungguh cendikiawan itu telah berdusta, dan takut akan pertanyaan-pertanyaan dari beberapa orang di atasnya, hingga ia menyembunyikan khabar yang sebenarnya. Janganlah dirimu menjadi takut dan risau. Sungguh hamba Allah yang sakit itu termasuk yang keras hatinya, dan lihatlah keadaannya sekarang, Allah benar-benar meringankan beban penyakitnya dan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalankan hidup. Ia bersyukur atas kesehatannya. Yang demikian itu adalah tanda diterimanya taubat. Dan Allah akan mendatangkan seorang cendikiawan Islam dari negeri mereka yang akan membelamu dan perahumu. Sungguh jika demikian yang dilakukannya, ia seorang yang bertaqwa lagi benar."
"Wahai Ahmad, naiklah kembali ke gunung Qof bersamaku sebentar saja. Datangilah tempat seperti biasa kita berjumpa. Sungguh aku hendak menyampaikan satu ketetapan dan rencana yang terbaik untuk perahumu. Dan Allah tidak akan membiarkan para pemburu apa-apa yang ada di "tangan" mu mudah mereka merampasnya dari tanganmu. Apakah mereka mengira bahwa pohon Zaitun dan tanah yang ada pada gunung Qof itu sama dengan yang tumbuh di negeri mereka? Tidak. Sungguh tanah gunung Qof itu adalah tanah dari seluruh permukaan dunia ketika Allah menciptakan Adam dengan tanganNya. Sungguh pada 12 warna, ada satu warna dan zat yang Allah izinkan dirimu mengambilnya, dan air dari gunung Qof sebagai penyempurnanya. Yang demikian itu adalah kehendak Allah yang nyata."
"Wahai Ahmad, Kakekmu yang mulia mengatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat (ilmu dan hartanya) bagi mausia lainnya. Hendaklah dirimu tetap berjuang untuk menjalankan perintah Allah dan janganlah dirimu menjadi takut. Apakah mereka para cendikiawan kafir merasa telah mampu menipumu dan saudaramu ? Sungguh dialah yang tertipu dan akan binasa dengan rencana Allah yang Maha Sempurna. Sungguh ia bukanlah dari keturunan tanah Arkhabil sepertimu dan suadara-saudaramu, dan dia pula bukanlah penyembah Allah melainkan penyembah berhala. Janganlah merasa takut dan khawatir. Dan kelak ia akan merangkak memohon obat yang ada pada tanganmu. Tidaklah ada yang luput dari pandangan Allah atas segala yang kaum kafir lakukan. Hendaklah kamu dan para pengikutmu berteguh hati."
"Wahai Ahmad, tetaplah pada keteguhan hati, sungguh akan Allah datangkan beberapa cendikiawan dari tanah saudaramu yang berjuang bersama para cendikiawan di perahumu yang akan menjadi pembela yang dijanjikan Allah. Dan tetaplah dalam ke-Makhfiy-an dirimu. Abaikan mereka yang bertanya tentang apapun yang kamu khabarkan. Bukankah telah nyata bukti-bukti yang Allah berikan ? Sungguh mereka termasuk kaum yang bodoh, yang diam ketika kebenaran itu nyata di hadapan mereka, lalu mereka berpaling dan mengatakan bahwa utusan dunia dan diri mereka lebih utama daripada membenarkan apa yang mereka saksikan. Sungguh mereka termasuk orang-orang yang rugi dan penolongmu dari api neraka dengan dosa menghina dan menganggapmu pendusta. Sungguh Kakekmu yang Mulia Muhammad menyayangimu dan mengharapkan doanya untukmu dikabulkan Allah."
"Wahai Ahmad, telah kembali mereka kaum yang melampaui batas mengatakan bahwa wabah akan datang di negerimu dan negeri saudaramu, dan hendaklah dirimu bersegera membuat penawarnya. Bukankah telah Allah tunjukkan jalan menuju Qof ? Hendaklah dirimu mengambil beberapa daun dari pohon di sana sebagaimana yang telah aku ajarkan kepadamu. Hendaklah kamu menakar dan mencampurkannya dengan benar ke dalam obat yang pengikutmu tebuskan kembali, dan hendaklah kamu berlaku adil dan jangan menolak keinginan mereka dalam menolongmu. Kerjakanlah..."
Ahmad F. bin Abdullah A. Syams